CERPEN


JAS HUJAN MERAH MUDA
Oleh: Pramunita

C
uaca mendung disertai semilir angin mengiringi gerakan bunga tulip yang berjajar warna-warni di depan rumah Eva disore itu. Tampak samar di jendela, dari jalan sebelah rumahnya, Eva sedang merapikan kamarnya.
Tak lama kemudian hujan gerimis turun.
“Untung malam minggu ini nggak ada acara,”
“Apa telepon temen-temen saja?”
“Tapi buat apa cuma telepon kalo nggak datang? Tidur aja deh daripada nganggur.”
Eva melihat seseorang berjalan kaki melintasi jalan di sebelah jendela kamar Eva dengan memakai Jas hujan merah muda yang hanya terlihat pucuk hidungnya yang tidak terlalu jelas laki-laki atau perempuan orang itu, ketika hampir semua anggota tubuhnya berbaring di tempat tidur. Tergeraklah hatinya untuk melihat siapa yang baru saja melintas itu.
            “Aneh, hujan gerimis aja pake jas hujan.”
“kenapa harus merah muda?”
“Orang jaman sekarang memang nggak mau ketinggalan trend.” Gerutunya.
Memang saat itu hujan tidak deras, tetapi Eva memilih berdiam dirumah daripada terkena air hujan karena kondisi tubuhnya yang sedang kurang baik. Eva kembali melanjutkan tidurnya sampai esok hari.
            Seperti biasa setiap Minggu saat cuaca cerah Eva jalan-jalan bersama teman-temannya ke puncak naik mobil yang dikendarai oleh Abas. Didapati ditengah perjalanan kira-kira 30 km dari rumah Eva, seseorang sedang berjalan di trotoar dengan mengenakan jas hujan merah muda.
“Manusia UVO tuh,” teriak Neti.
“Pagi-pagi pake jas hujan”, Vera
“orang aneh, dia lebih mirip orang yang melintas di jalan sebelah rumahku.”
“Mungkin tu orang yang kau maksud, Va.”
“Ya nggak mungkinlah, masa manusia bisa jalan sejauh ini?”
“lagipula yang mempunyai jas hujan merah muda bukan cuma satu orang,”
“Sudah nggak usah dipirkan, nggak akan ngasih tumpangan juga kan?” sahut Abas
Merekapun melanjutkan perjalanan menuju puncak dan tidak meghiraukan orang aneh itu.
Tak lama kemudian, tibalah mereka di puncak. Saat sedang bercanda tawa dengan teman-temannya, Eva teringat saudara sepupu perempuannya yang menghilang sepuluh tahun yang lalu. Waktu itu Eva sedang berlibur dengan keluarga besar nenek dari ibunya. Sejak ada kebakaran di vila itu Eva tidak pernah bertemu sepupunya karena saat lokasi terbakar, semua orang yang ada di vila itu berpencar menghindari api yang begitu besar.
            Setalah lima jam, mereka memutuskan pulang. Hujan lebat disertai angin. Dengan hati-hati Abas menyetir mobilnya sambil melihat kanan kiri sekiranya ada warteg. Merry memutuskan memilih tempat makan favorit mereka. Masing-masing mulai memesan makanan sesuai dengan keinginannya. Sambil menunggu di kursi yang disediakan duduk berhadapan yang dibatasi dengan meja berukuran 1,5x1 meter. Datang orang memakai jas hujan merah muda duduk di sebelah kursi mereka berkumpul.
“Eh.. sssttt..siapa tu?”
“Maaf, jas hujannya di taruh di luar saja.” Kata salah satu karyawan
Tanpa berbuat apa-apa dan mengeluarkan sepatah kata pun orang ber jas hujan itupun langsung keluar dari rumah makan tersebut.
Dalam hati Eva mulai penasaran dengan orang aneh yang memakai jas hujan merah muda itu karena saat melihat orang itu, hati Eva mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Merenung sesaat.
“Woi, bengong aja lu.”
“Sial, lihat nih, minumanku jadi tumpah” Eva tersentak
“Sory, sory, Abis lu tu bengong aja”
“Iya, kenapa sih Va?” Sahut Vera.
“Kebayang nggak sih, orang yang selama ini lu cari ternyata ada di samping lu?”
(teman-temannya saling bertatapan dan mengangkat bahu)
Makanan yang mereka pesan datang. Mereka mulai menyantap makanan yang dipilih mereka.
Selesai makan, mulai melanjutkan perjalanan. Sesaat setelah sampai di rumah, Eva merasa kelelahan. Setelah mandi langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur kamarnya. Ketika sedang berbaring sambil menatap derasnya hujan di luar jendela, Eva teringat dengan seorang ber jas hujan merah muda yang kemarin melintas di sisi rumahnya. Penasaran dan melihat ke luar jendela. Tak ada seorang pun yang melintas di samping rumahnya.
(ting tong... ting tong... ting tong... ting tong...) bunyi bel yang menandakan ada tamu. Ketika mamanya Eva membuka pintu, sesosok perempuan tomboy mengucap salam kepada mamanya Eva dan berkesan mencari tahu alamatnya Angel.
“Maaf nak, mungkin anda salah alamat”
“Tapi saya sering melihat Angel di rumah ini” sahut si perempuan tomboy.
Dia pun segera meninggalkan rumah Eva.
“Ma... siapa sih tamunya?” tanya Eva.
“Mama juga nggak tahu, katanya sih nyari Angel. Emang kamu punya temen yang namanya Angel?”
“Engk ada ma”, jawab Eva.
“Angel..... Angel..... Angel..... siapa ya dia?” (melamun)
“Astaga ! dia kan sahabat gue sewaktu SMP! Tidak salah lagi pasti dia si Je (nama lengkap Jesie suka di panggil Je, berambut pirang sepanjang telinga, suka memakai pakaian laki-laki namun kehidupan sehari-harinya diwarnai dengan boneka)”
“Mama, Mama, mana tamunya tadi? Apa sudah pergi?” Teriak Eva dengan penuh penasaran.
“Lho, memangnya kamu kenal yang namanya Angel?”
“Bukan begitu Ma, Angel adalah Aku. Iya Ma, jadi sewaktu SMP nama panggilanku tuh Angel. Nama lengkapku kan Evangeline Christina Ma, anak sendiri kog lupa.”
“Haduh, Mama kog bisa lupa ya? Dia dah terlanjur pergi.” Tegas Mama.
Eva kembali ke kamarnya, sambil memikirkan siapa sebenarnya tamu itu, apakah dia Je atau orang lain.
Keesokan harinya.
(telepon Abas) “Bas, nanti berangkat kuliah jemput gue dong. Bisa kan? (....) Oke, gue tunggu jam 8. Jangan sampai telat, gue mau cerita penting”.
Beberapa saat kemudian
“Woy Va, cepetan gue udah nunggu daritadi, katanya jangan sampai telat. Lo sendiri yang telat!”
“Iya-iya sebentar.”
Sambil perjalanan ke kampus, “Bas, loe pernah  mikir nggak sih, orang yang sudah kenal lama sama lo, trus lo berantem cuma masalah sepele akhirnya dia kembali lagi sama lo?”
“Kalo Cuma masalah sepele kenapa harus berantem sih? Emangnya siapa sih? Pacar lo?”
“Bukan, dia Jesie temen gue SMP”, jelas Eva
“Yaudah lo minta maaf sama dia”, sambung Abas.
“Eh, nanti sore lo temenin gue nyari rumahnya Je ya?” pinta Eva
“Udah gue tebak, pasti ujung-ujungnya begini.”
            Selesai jadwal perkuliahan, Eva ditemani Abas, Neti, Merry, dan Vera mencari rumah si Je. Ditengah pejalanan Eva melihat seorang yang memakai Jas hujan merah muda duduk di seberang jalan. Eva menghampiri orang itu dengan maksud menanyakan alamat Jesie. Tak salah lagi, orang itu adalah si Je.
“Lho, kamu kan si Je?” Eva terkejut saat menatap orang itu.
“Angel...??” Je makin terkejut.
Akhirnya Eva dan Je berpelukan dan saling minta maaf atas kejadian sepele waktu SMP. Dan Je menceritakan bahwa dia terkena Kanker kulit sejak dia lulus SMP.
“Ow.. jadi itu sebabnya kamu pake jas hujan ini? Tapi kenapa warnanya harus merah muda sih? Kan semua orang jadi penasaran sama kamu.” Tanya Angel.
“Orang tua ku sudah meninggal karena kecelakaan saat kami mau ke Puncak, dia menititpkan Jas hujan ini kepadaku sebelum meninggal supaya aku tetap memakainya terus. Hingga akhirnya ku pakai ketika aku kena kanker kulit”, jelas Je.
            Teman-teman Eva datang menghampiri mereka berdua dan saling berpelukan. Si Je akan dioperasi bulan depan dan meminta Eva(Angel) untuk menemani saat operasi berjalan. Itulah kenapa, selama satu bulan si Je sering mondar-mandir di sekitar rumah Eva.
            Satu bulan kemudian, Je mulai operasi ditemani Mamanya Eva, Eva, Abas, Neti, Merry, dan Vera. Operasi berjalan dengan lancar. Beberapa hari setelah operasi, Je diijinkan pulang oleh dokter dan menjalani rawat jalan. Eva memutuskan supaya Je ikut tinggal bersama di rumahnya bersama dengan orangtuanya.

Komentar